Scarlet
Webmaster Away Webmaster


Member Title : WB, WB everywhere~ Jumlah posting : 563 Join date : 2013-04-05
 | Subject: Peaceful Days Is Over Sat Feb 13, 2016 1:46 am | |
| “Ketika sebuah bibit tanaman ditanamkan—”
“—maka, tidak ada yang bisa menghentikan proses pertumbuhannya. Kecuali dihancurkan, tentu saja.”
P E A C E F U L . D A Y S . I S . O V E R
Seorang pemuda bersurai coklat berantakan tengah membaca sebuah buku novel yang menceritakan kedatangan monster ke dunia. Buku itu baru saja dikirim ke perpustakaan, kira-kira kemarin. Banyak sekali hal yang terkesan realistis di dalam buku tersebut. Entah kenapa, bertepatan setelah ia membacanya, ia merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi.
—sebelum sebuah suara memanggilnya.
“Takayuki—!”
“Hm?” tersadar dari lamunannya, pemuda bersurai coklat berantakan itu menoleh ke asal suara dan mendapati seorang gadia berdiri tepat di belakangnya. Gadis itu tengah memandangnya dengan tatapan marah, seolah ada yang baru saja membuatnya jatuh dari atas tangga. “Rapat antar dewan kelas sudah dimulai. Mereka mencarimu ke mana-mana.”
“—oh. Sudah dimulai ya,” pemuda itu meletakkan buku yang dibacanya di atas meja —yang posisinya tepat berada di hadapannya—lalu kemudian pergi meninggalkan ruang perpustakaan. Dan tentu saja, berlari cepat menuju ruangan yang dimaksud. Setelah tiba, tampak 6 orang sedang duduk di masing-masing bangku.
“Takayuki, kamu terlambat!” ucap seorang pemuda bersurai pirang yang mengenakan kacamata dengan nada marah. Pemuda itu—ah, sebut saja Takayuki, sedikit membungkuk sebelum menduduki sebuah kursi kosong, dengan papan bertuliskan ‘IX A’ di meja bundar yang diletakkan di hadapan setiap bangku.
“—nah, mari kita mulai rapat.” pemuda yang menegurnya tadi berucap. “Sebelum itu, perkenalkan. Namaku Takaaki Suzuki, pengurus kelas XII A pada caturwulan 2. Aku adalah orang yang dipilih untuk memimpin rapat hari ini.” Takaaki membungkuk kemudian. “Nah, jadi—ada beberapa hal yang ingin kubahas hari ini, dan juga ada beberapa hal yang ingin kusampaikan. Sebelumnya, ada peraturan rapat yang ingin kusampaikan.”
“Pertama. Ketika kubilang ‘pendapat dibuka’, baru kalian boleh berpendapat. Jadi, kalian tidak boleh memotong pembicaraanku di tengah-tengah rapat. Kedua. Kalian diperbolehkan mencatat poin-poin penting dalam rapat, akan tetapi apabila hal itu hanya dikhususkan pada peserta rapat, maka jangan sekalipun membocorkannya. Mengerti?”
“—langsung saja. Pada hari ini, kita akan membahas mengenai buku yang dikirim ke sekolah, sumbangan untuk para anak-anak yatim piatu dari suatu SD, dan mengenai membengkaknya pengeluaran kelas belakangan ini.” helaan napas terdengar. Tersirat dalam benak Takayuki, belakangan ini memang teman-temannya menggunakan uang kas kelas demi membeli barang-barang tak berguna.
“Tema pertama adalah mengenai buku yang dikirim ke sekolah. Belakangan ini, sekolah menerima buku-buku aneh dalam jumlah banyak, yang bahkan penerbitnya tidak jelas. Seluruh bukunya adalah buku novel, dan semuanya selalu saja bertema tentang kehancuran dunia. Bahkan ada beberapa gambar-gambar menggangu di dalamnya. Mungkin kalian tahu siapa yang mengirimkannya? Pendapat dibuka.”
“—aku akan menyatakan pendapatku,” Takayuki angkat bicara. “Kurasa, apa yang tercantum di dalam buku-buku novel itu merupakan sebuah kenyataan. Mungkin kalian tidak percaya pada apa yang namanya takhayul, akan tetapi, bagiku semuanya terasa sangat nyata di dalam buku-buku tersebut. Mengapa aku menganggapnya nyata adalah, karena buku novel itu mengandung hal-hal yang terjadi di minggu kemarin.”
“Maaf jika aku memotong pembicaraanmu, tapi kurasa, buku itu hanyalah keisengan seseorang saja. Atau mungkin ulah seseorang yang sudah lelah akan hidupnya. Aku sudah pernah membaca salah satunya, dan kurasa apa yang ada di dalam sana sangatlah mustahil dipahami.” seorang gadis bersurai hitam yang mewakili kelas IX C tampak berucap.
“Tapi—semuanya sangat nyata bagiku,” Takayuki menyela. “Dan lagi—aku merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi dalam waktu dekat. Maka dari itu, kuharap buku-buku aneh yang dikirim ke sekolah dapat dibaca semua dan segera dibuang."
"—Takayuki," seorang gadis yang merupakan dewan kelas IX B berucap. "Tolong jangan bermain-main dengan akal gilamu. Ini rapat, tolong jangan bercanda."
Mendengar hal itu, Takayuki membungkam. Sebelum mulutnya kembali terangkat. Namun, sebelum Takayuki sempat berbicara, sang moderator rapat menepuk tangannya. "Permasalahan ini akan diajukan pada kepala sekolah. Untuk menghindari terjadinya pertikaian, poin yang dibahas kami anggap selesai."
"Sekarang, poin kedua."
•••••••
"Hhh, rapat merepotkan,"
Takayuki menggerutu, sembari memasang sepatu miliknya ke kaki kanan. Setelah selesai memasang sepatu, dengan cepat ia berjalan keluar gedung sekolah. Oh ya, rapat sudah berakhir dan jam sekolah pun sudah berakhir.
"Takayuki-sama. Sebelum kau keluar dari gedung ini, kalahkan aku dulu."
"Eh?"
Syut. Sesosok gadis bersurai bob berwarna perak tampak muncul di depan Takayuki. Membuat Takayuki mundur beberapa langkah. Barusan ia yakin kalau gadis itu terjun dari atas langit—entah bagaimana ia melakukannya.
"Hmm, | |
|