[Battle] Amegakure

Desa Amegakure, desa yang tersembunyi di balik hujan. Tidak—desa ini bukan salah satu desa besar seperti 5 desa lainnya—desa ini hanyalah desa kecil. Tapi keramaiannya tak kalah dengan desa besar, walaupun belum bisa melampauinya. Setidaknya populasinya hampir mencapai populasi desa - desa besar lainnya. Kini, seorang pemimpin blok utara—Uzumaki Tetsu tengah berpijak di atas desa yang tersembunyi di antara hujan itu.

"Desa Amegakure, ya.. sou." gumamnya pelan seraya melangkah menuju salah satu kedai di sana yang memiliki pintu geser kuno. Kedai itu tidak terlalu mewah hanya saja makanannya terkenal enak, walaupun tempatnya agak bau, jorok juga sepi pengunjung. Dulu, ketika Tetsu masih kecil ia sempat mengunjungi kedai ini—bersama orang tuanya. Paman pemilik kedai, yang dulunya masih segar bugar kini menjadi sakit - sakitan dan kurus. Wajar lah, sudah beberapa tahun berlalu.

"Paman," sapanya perlahan pada kakek - kakek kurus yang tampak melongo, memandangi wajah Tetsu dengan alis mengerut. Pikun. "Ini aku, Tetsu," lanjut Tetsu seraya tertawa garing dan menunjuk wajahnya. Mata paman—ah, kakek itu tengah membulat sampai akhirnya bangkit dari duduknya dan menepuk - nepuk pundak seorang Uzumaki Tetsu. "Aah, Tetsu, ente udah besar ya!" ucap kakek itu seraya tertawa walau lemah. Tetsu membalasnya dengan tertawa garing.

"Apa yang kakek ini bicarakan.. aku tidak mengerti," gumam Tetsu pelan dengan tampang sweatdrop. "Nah, Nak Tetsu, ente mau ngapain ke sini?" tanya kakek - kakek itu seraya kembali duduk. Tetsu hanya menatap ke bawah dengan wajah ragu, sebelum akhirnya mendongakkan wajahnya. "Kek.." kakek itu menoleh ke arah Tetsu dengan penuh tanda tanya. "—aku ingin meminta informasi seputar Akatsuki."

Kakek itu membulatkan kedua matanya sebelum kembali tertawa. "HAHAHA!" tawa kakek itu, sebelum akhirnya menghela nafas dan meraih sebatang rokok. Kakek itu menghisapnya seraya mengeluarkan asap rokok itu. "Nak Tetsu, sekarang ente sudah jadi pemimpin blok utara, 'kan?" tanya kakek itu seraya kembali menghisap rokoknya, sebelum kembali menjawab. "Nak Tetsu.. kuberitahu saja, Akatsuki memiliki pemimpin baru."

Terbelalak.

"M—maksud kakek, lelaki berambut pirang panjang diikat itu—" kakek itu menatapnya dengan tatapan serius. "—'kan?" lanjut Tetsu dengan nada agak ragu. Kakek itu terdiam seraya menggeleng pelan. "—tidak, Nak Tetsu. Bukannya ente sudah tahu kalau lelaki brengsek pencuri Bijuu itu sudah lama wafat?" tanya kakek itu sebelum kembali menghisap rokoknya dan kembali mengoceh.

"Dengar.. pemimpin barunya ialah mantan anggota Wildnight, jadi waspadalah Nak Tetsu, dia memiliki kekuatan Anoton dan Shinton! Dia bisa membunuh ente. Konon dia juga memiliki 5 elemen dasar." jelas kakek itu. Tetsu mengerutkan alis. Sepertinya bukan lawan yang bisa dianggap remeh—juga bukan lawan yang bisa ditakuti. Sudah tahu berapa kali ia berhasil membantai ketua Wildnight?

"Oke, terima kasih informasinya kek," jawab Tetsu seraya mengangguk perlahan. "Satu hal lagi—kakek tahu berita tentang Bijuu?" tanya Tetsu dengan nada serius. Kakek itu menggeleng samar. "Sayangnya tidak. Tapi yang ane ketahui sih, Bijuu belum tersentuh dan tersegel, tapi ada satu Jinchuuriki Juubi, yaitu.. Mizuro Yotsuki." jelas kakek itu dengan nada serius. Tetsu terbelalak. Sialan. Harusnya ia menyegel Juubi yang berada di dalam tubuh ketua Wildnight itu—ke dalam tubuhnya tentu.

"W—wakarimasen." jawabnya seraya mulai mengambil tempat duduk di pojok ruangan. Syal merah yang posisinya sedikit miring ia perbaiki, angin yang berhembus membuat surainya sedikit berantakan. Hanya menatap kosong seraya menyeruput sedikit sake. Sialan—bagaimana ini. Pasti ketua baru-yang-identitasnya-tidak-jelas itu akan merebut Kyuubi 'kepunyaannya'.

—runtuh.

Kedai itu runtuh. Mana ia tahu penyebabnya—tunggu. Sosok seorang Uzumaki Tetsu telah menghilang. Kemana dia—

CRATS!

Kunai dilemparkan ke arah pria bersurai merah—menyebalkan—itu, tampak seorang Uzumaki Tetsu yang mengambang di atas langit dengan membawa seorang pria paruh baya. "—jangan fikir aku akan bodoh begitu saja—" kembali berpijak pada tanah. Ia menatap sinis lelaki itu seraya melepaskan kakek yang kini tampak lari terbirit - birit itu.

"Apa maumu?" tanya Tetsu seraya mulai mengeratkan kepalan tangannya. "Omoshiroi, eh.. kau sengaja datang ke sini untuk invasi ya?" tanya Tetsu dengan nada mengejek juga dengan nada sinis. "—kau ingin meminta nyawaku?" tanya Tetsu sekali lagi, tentu dengan melemparkan pandangan mengejek.

"Dasar banci pengemis nyawa."

Ia melompat ke arah atas—dengan memusatkan Chakra di telapak kakinya, membuatnya seolah menjadi pegas. "—tak akan kubiarkan kau lari!" Fuuton : Mekkakyu. Puing - puing tampak terombang - ambing ke sana kemari. Namun ini hanya pengecoh semata. Shimatta—sosoknya kembali menghilang. Kemana lagi dia—

—Tetsu tengah berdiri di belakang lelaki itu, semuanya menjadi mungkin dengan Fuuton : Teleportation—ya. Pertama ia akan mengecoh musuh dengan taktik Mekkakyu—lalu membuatnya terkecoh dan terfokus pada puing yang berterbangan ke mana - mana.

Katana dikeluarkan dan sedang dihujamkan ke arah ubun - ubun pria itu.

"Mati kau—"

Puing - puing bertebaran. Pasti karena -bocah- di depannya ini. Dan dalam hitungan detik, bocah itu menghilang dari pandangannya, lolos. Tapi ia tetap tenang. Sampai ketika pedang itu dihujamkan ke arah ubun - ubunnya. Tenang, hanya refleks yang diperlukan.

TRANG!

Pedang itu sempat menggelepar sampai akhirnya terdiam di tanah. Ia meraih katana itu seraya menyeringai. Kau tahu kenapa refleksnya sangt baik? Karena ia sedang berkomunikasi telepati dengan Zero. Zero 'kan selalu menemaninya kemanapun ia pergi.

"Fokus.. kali ini kau harus fokus, Matsu!" berulang kali suara itu terdengar. urusai. Ia selalu memerintahnya, ia bahkan tidak bisa fokus sesuai dengan apa yang diharapkan Zero. Tch, berisik sekali--ia tahu kalau ia harus fokus!

Tanpa ekspresi maupun emosi, dengan cepat Matsukawa melesat ke arah Tetsu, sampai ketika ia melewati Tetsu. Mungkin katana itu akan merobek ataupun menggores lengan Tetsu, tapi ia bukanlah lawan yg bisa dianggap remeh.

Lagi - lagi serangan yang memerlukan reflek. Dan hal itu adalah hal membosankan. Kenapa lelaki—Kurohige Matsukawa—buronan kelas tinggi ini selalu melancarkan serangan reflek? Nah, ia tidak tahu. Lagipula ia sudah tahu kelebihan Tetsu—dapat menangkis serangan yang hanya membutuhkan—

BRET!

—reflek?

Ia hanya bergidik ngeri ketika melihat bajunya yang robek itu. Ia tahu sekarang. Pemuda itu hendak mengecoh Tetsu dengan serangan refleknya—membuat Tetsu banyak berfikir dan kehilangan kesadaran bahwa ia harus segera menghindari serangan itu. Sialan, refleknya tak dapat berguna kini.

"—sial!" gumamnya pelan seraya mulai merapal segel tangan. Tetsu mempunyai Fuuton sebagai tumpuannya, sementara seorang Kurohige hanya mempunyai rantai sebagai elemen utamanya. Dan baru kali ini Tetsu salah—keduanya ahli dalam reflek juga penyerangan. Tetsu sepenuhnya salah.

"—Chakura no Mesu," ia mulai berlari ke arah Kurohige dan mulai membentuk pisau Chakra transparan. Setelah itu—ia menusuk dada kiri seorang Kurohige Matsukawa dan mulai memperdalam tusukannya. "—kau mau apa ha? Nyawaku ya? Bijuu? Atau—jabatanku?" ia memelintir pisau Chakra itu. Dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa..

Chakura no Mesu dilancarkan ke dada kirinya. Darah sedikit mengucur dari mulutnya, namun tidak sebanyak itu. Yang benar saja, ia juga mempunyai Chakura no Mesu. Jangan pernah anggap remeh seorang Kurohige Matsukawa. Dia telah menyelidiki asal muasal Kage, juga pemimpin blok, ah, bahkan Daimyou. Pemimpin Akatsuki, pemimpin organisasi lainnya juga ia selidiki data-nya dan ia pelajari Jutsu-nya.

Pisau itu dipelintir, ia sedikit batuk darah tapi tak apa. Ini belum sampai tahap krisisnya. "--bagaimana kalau aku beritahu tujuanku sebenarnya?" tanya Matsukawa seraya sedikit tertawa. "Tidak.. bukan Bijuu, bukan nyawamu, bukan jabatan, bukan. Aku hanya ingin.." ia menyeringai. "Revolusi dunia, dan dunia ini. Itu yang kuinginkan," pada seluruh kata itu, ia menyeringai lebar. Ya, yang ia inginkan hanya itu. Ia tidak pernah menaati perintah Zero, ia tidak pernah menaati peraturan Akatsuki untuk menangkap Bijuu juga hal - hal gila lainnya.

Yang ia inginkan hanyalah.. revolusi.

"Lalu," ia mencengkram tangan Tetsu lalu melepaskan pisau transparan yang menancap itu. Darah mengucur makin deras. "--bergabunglah denganku. Akan kubuka matamu, akan kutunjukkan.. jalan menuju keadilan dan kebenaran!" lanjutnya seraya mencengkram lengan Tetsu dan menatap iris coklat itu dengan saksama. Pandangannya menyiratkan bahwa yang barusan ia katakan adalah hal yang serius. Ia benar - benar menginginkan seorang Uzumaki Tetsu untuk bergabung karena ia akan menjadi aset utama bagi Akatsuki.

Ah—pemuda itu menjawabnya dengan penekanan di seluruh kata. Dan respons yang diberikan sontak membuat kedua bola matanya membulat. Revolusi dunia, katanya. Memiliki dunia, katanya. Dia hampir sama dengan Tetsu—menghancurkan dunia demi memilikinya, juga membuat revolusi dunia—satu lagi, mengubah sejarah dunia dan mengatakan bahwa Uzumaki Tetsu adalah dewa di antara para umat manusia. Ia yang menciptakan Jutsu dan klan—tapi itu hanya impian semata. Namun tidak mustahil untuk diwujudkan.

Ketika tangannya dicengkram pun, ia tidak menolak. Ia tidak perduli akan ejekan yang akan diterimanya karena telah membiarkan seorang Shinobi 'kotor' menyentuh dirinya yang mempunyai kedudukan tertinggi. Huh, mana ia perduli. Hanya terdiam sebentar seraya mulai mengangkat kedua belah bibirnya—oh, seorang Uzumaki Tetsu akan menjawabnya.

"—aku akan bergabung denganmu." hah, oh tidak. Seorang Uzumaki Tetsu menyatakan akan bergabung dengan organisasi kriminal—siapa yang perduli dengan struktur pemerintahan bodoh itu? Ia akan melakukan segalanya demi mencapai impiannya, bersama pemimpin Akatsuki di depannya ini tentu. Dan ia pasti akan menjadi seorang buronan kelas atas yang tidak akan dibunuh oleh siapapun karena ia telah ditakuti oleh Shinobi - Shinobi lainnya.

"—tapi—" Chakura no Mesu makin ditebalkan, membuat lawan bicaranya ini mungkin memiliki lubang yang lumayan besar pada dada kirinya. "—aku tak percaya sepenuhnya denganmu.. bagaimana kalau kita bertarung? Aku tak percaya apabila orang bodoh sepertimu berharap setinggi itu," lanjut Tetsu seraya mulai melepaskan tangannya dari dada kiri seorang Kurohige Matsukawa. "Aku tak akan bergabung dengan organisasi sampah itu sebelum kau bisa membuat lututku menyentuh tanah."

"Hn, kau tetap tidak mau bergabung dengan kami ya." Chakura no Mesu makin dipertebal, membuat dada kirinya sedikit nyeri. Darah mulai menghiasi tubuhnya, namun ketika ia menjentikkan jari, mereka tampak terkurung di tengah kubah kegelapan dan dimensi dengan lantai berbentuk persegi yang memiliki beberapa celah dan dalam kondisi terpisah.

Matsukawa tengah berdiri di atas kotak pertama sementara Tetsu di kotak kedua. "--aku terpaksa harus membunuhmu, Tetsu-taicho." ucapnya sembari memasang raut wajah menyesal. "Tapi tak apa. Toh aku bisa menjual kepalamu yang mahal dan memajangnya di tengah - tengah Iwagakure untuk menyatakan bahwa Uzumaki Tetsu adalah seseorang yang lemah," ucapnya seraya mulai melancarkan beberapa bola Katon ke arah Tetsu.

"Yak, kau harus menghindari serangan mematikan ini." tentu, bagaimana tidak mematikan, api itu mengandung lahar yang sangat panas dan dapat menyebabkan luka bakar yang berbekas--mungkin tidak bisa dihapus lagi.

Bola Katon yang mematikan, katanya. Pfftt. Itu hanya suatu kalimat jadul yang mendorong Tetsu untuk takut—tapi, yang benar saja. Menurut pandangannya itu hanya Jutsu Rank C yang bisa dihindari dengan mudah. Menangkisnya menggunakan pedang saja cukup bukan, terlebih sepertinya bola itu bukanlah sesuatu yang layak ditakuti.

Ia mulai menebalkan Chakura no Mesu miliknya, setelah itu mulai memotong bola Katon itu perlahan. Tampak Chakura no Mesu miliknya mulai terbakar, juga ada suatu cairan kental di dalam api itu entah apa. "—aku mengerti." gumamnya seraya mulai menonaktifkan Chakura no Mesu miliknya. Tidak, ia salah. Itu bukan Katon—itu Yoton yang digabungkan dengan Katon, mampu membuat serangan mematikan yang setara dengan racun pembunuh instan.

"Kau akan menyesal karena telah melawanku," bisiknya seraya mulai membentuk segel tangan.

"Hosh, hosh, kemana ia menghilang--" nafasnya memburu, ia tidak mau membuang - buang Chakra-nya dengan Shunshin, toh ia hanya ditugaskan oleh Pemimpin Blok Selatan untuk mencari rekannya, Pemimpin Blok Utara karena ada sesuatu yang harus segera diurus dan diperbincangkan. Tapi karena 'sesuatu' tersebut di luar daerah kekuasaannya, ia tidak dapat menanyakan apa yang ingin mereka perbincangkan satu sama lain.

Atas bantuan Kuchiyose inu miliknya yang dapat mengendus Chakra seseorang, mereka dapat mendapatkan keberadaan seorang Uzumaki Tetsu dengan begitu mudahnya. Walaupun masih di tengah jalan, tapi setidaknya mereka sudah mendapatkan informasi tentang keberadaan Tetsu. "Sial--apa ini. Aku bisa merasakan Chakra-nya, tapi," ia bergumam. "--seolah - olah ia tidak sedang berada di Amegakure.." lanjutnya seraya mendesis. "Semoga ia baik - baik saja--"

"--hah?"

Yang bisa ia lihat hanyalah hamparan tanah kosong. Ah, dan juga kedai yang hancur dan beberapa bekas. Seperti baru saja ada seseorang yang bertarung. "--massaka, jangan - jangan ia dibawa dan pemimpin blok selatan menjadi seorang sandera, atau--Genjutsu?" gumamnya perlahan seraya mengerutkan alis. "Ini menarik. Sepertinya 'mereka' sedang bertarung sengit." walaupun ia tidak tahu jelas tentang siapa yang bertarung dengan Tetsu, tentu karena ia merasakan satu Chakra lain.

"Huft--" ia mulai memejamkan mata. "--Sharingan!" PLASH. Ia tampak berada di suatu dimensi--entah dimensi apa ini. Tetsu, berada dengan seseorang yang lain. Dan ia berterimakasih atas pupil pemberian Ayahnya ini. Tentu karena ia memiliki darah Uchiha juga darah Inuzuka--ayahnya ibunya seorang Uchiha sementara ayahnya ayahnya (yodawg) adalah seorang Inuzuka.

Dengan cepat ia merapal suatu segel tangan. "--Betsu." BOFF. Seorang bunshin muncul--eh, bukan bunshin. Lebih tepatnya belahan diri seorang Inuzuka (Uchiha) Shinji. "Kau, jaga sekeliling. Kekang sang musuh apabila timing-nya sudah benar," ia berkomunikasi telepati dengan sang kloning. "Yokai, Shinji-sama." jawab sang kloning dengan nada santai, karena ia tidak benar - benar menganggap pertarungan ini dengan begitu besar. Karena ada Tetsu.

Dengan cepat ia berjalan ke depan Tetsu dan merentangkan kedua tangannya. "Kau takkan bisa melawannya, Tetsu," dengan Sharingan yang masih aktif. "Dia bukan lawan yang setara untukmu. Ya, kuakui kau memang hebat tapi kau tak akan bisa menang darinya--" kenapa? "--karena dia monster." lanjutnya. "Kumohon. Aku tahu kau pasti tidak akan mendengarkanku sekarang dan mengacuhkan nasihatku, tapi sebaiknya kita meloloskan diri. JANGAN SOK PAHLAWAN! Kau akan lihat hasilnya nanti!" teriaknya lantang setelah itu mengarahkan Raiton : Kekkai pada sang musuh.

OOT : Bukannya Tetsu dan Kurohige lagi di dalam ruang dimensi ya?

---

Seorang pengganggu muncul dan membicarakan suatu omong kosong. Dengan cepat ia menerjang sang pengganggu setelah itu merapal suatu segel tangan. "Slice." setelah itu mengayunkan tangan kanannya dari arah kiri ke kanan. Tapi Jutsu ini masih bisa dihindari tentunya, karena ia tidak mengincar titik vital Raikage tersebut.

"—urusai." bisiknya dengan nada sinis. "Ini pertarunganku, kau tidak perlu ikut campur." lanjutnya seraya mengaktifkan Sharingan. "Kenapa? Karena aku adalah seorang Dewa!" lanjutnya lagi. Setelah itu, ia berlari ke arah sang musuh setelah itu merobek Kekkai yang menyelimutinya.

"—nah," gumamnya seraya menatap mata sang musuh. "Begini lebih 'adil'." lanjutnya seraya tersenyum sarkastik. Setelah itu, langsung menggunakan teleportasi menuju di dekat pengganggu yang datang barusan.

"Nah, ayo bertarung denganku, ganteng." ucapnya lantang seraya menggoyangkan jari telunjuknya—tentu saja, taunt. "Kau tak akan bisa pergi dari sini. Takkan pernah." lanjutnya dengan intonasi menekan. Pergi dari sini, katanya? Oh, mungkin maksudnya, ia tidak akan bisa lolos dari serangan Tetsu?

Entah.

Ketika Tetsu mengarahkan serangan padanya, ia hanya bisa menghindar. Karena Sharingan dapat melihat kejadian di masa depan yang dekat. "Dewa, katanya.. benar - benar naif," batin Shinji seraya mulai merapal suatu segel tangan. Dan entah sudah keberapa-kalinya Tetsu mematahkan Kekkai miliknya.

"Tapi, aku masih bisa diandalkan di saat - saat genting loh." BOFF! Juujin Bunshin tercipta. "--kau yakin akan mengusirku, ganteng?" tanyanya seraya kembali merapal suatu segel tangan. "--GATENGA!" tubuhnya berputar dengan kecepatan luar biasa bersama sang Kuchiyose ke arah musuh. Belum cukup dengan hal tersebut, ia kembali membentuk suatu segel tangan.

"Yami no Suruchi!"

---

Menjadi bawahan seorang Inuzuka (Uchiha) Shinji memang menyebalkan. Ia tidak bisa bergerak secara leluasa, selalu saja diperintah. Tidak bisakah sesekali ia membangkang dengan perintah sang 'Tuan'? Tidak bisakah sesekali ia dapat menyerang sang musuh sesuka hatinya?

Karena itu, yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu. Menunggu sampai seorang Inuzuka (Uchiha) Shinji kehabisan Chakra. Dan itu--menyebalkan.

Banyak kejadian yang terjadi, dan itu semua hanyalah kejadian konyol yang tak perlu dihiraukan. Seseorang yang masuk ke dalam pesta ini memakai pupil pemberian klan Uchiha dan juga menggunakan Jutsu andalan klan Inuzuka--tunggu. Apa? Dia mempunyai darah Inuzuka dan Uchiha? Oh, dia tidak bisa terlalu meremehkan orang ini.

Ketika tubuh sang Inuzuka belia dengan ninken-nya berputar dengan kecepatan luar biasa, ia mengaktifkan Karkyou, sebuah roh pelindung yang dapat digunakan untuk menyerang maupun bertahan. Dan ia berterimakasih dengan organisasi tabu tersebut, karena ia dapat membekali dirinya dengan Jutsu - Jutsu tertentu.

"Sharingan!" Sharingan aktif. Namun, tiba - tiba sekelilingnya menjadi gelap. Ya, ini Genjutsu. Tapi, tidak mungkin ia tidak bisa keluar dari dalam Genjutsu ini. Ini hanyalah Genjutsu biasa. "Genjutsu : Kai." perlahan tapi pasti, sekelilingnya berubah menjadi seperti biasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Merepotkanku dengan melancarkan dua serangan dengan tipe berbeda.. pintar sekali." pujinya dengan nada sarkastik. "Tapi levelmu masih jauh dibawahku, bocah." lanjutnya. Setelah itu, ia melemparkan beberapa kunai asap ke arah kedua pihak; sang Inuzuka dengan sang Pemimpin Blok. Sebelum itu pula, ia juga merapal suatu segel tangan. "Kagebunshin no Jutsu." kemudian dilanjutkan dengan, "Raiton : Teleportation." gumamnya. Dengan segera, suatu petir menyambar ke arahnya kemudian ia menghilang. Setelah itu, petir tersebut membawanya ke belakang seorang Inuzuka belia.

"Bodoh sekali." gumamnya seraya memberikan isyarat pada satu bunshinnya untuk berdiri di belakang Tetsu dan mengekangnya dengan cara apapun. "Kau takkan bisa menghindariku," bola Katon seukuran kepalan tangan diarahkan ke leher Inuzuka belia; "karena kau akan segera mati sebelum hitungan ketiga."

Ia bisa memprediksikan apa yang akan dilakukan oleh sang pemimpin Akatsuki, berkat bantuan Sharingan. Beruntung ia sudah dapat membangkitkan Sharingan-nya. Doujutsu asal Uchiha ini memang sangat dibutuhkan untuk bertarung, walaupun tidak terlalu dibutuhkan tapi setidaknya masih ada gunanya.

"Hng, menyerangku dengan Ninjutsu merupakan suatu—eh?" cairan merah kental keluar dari kedua bola matanya. Di saat bersamaan, cairan merah kental sempat mengucur dari kedua lubang hidungnya. Kepalanya pusing, berdenyut, tubuhnya bergetar dan berdenyut tak keruan. Sial, ini sudah mencapai batasnya untuk menggunakan Sharingan.

Ketika ia mengerjapkan mata, pupilnya kembali normal, ia bisa merasakan pandangannya yang jauh lebih normal daripada ketika ia mengaktifkan Sharingan. Konflik tubuhnya terhadap Sharingan memang sudah hilang, namun kini kedua bola matanya yang berdenyut. Ia terlalu lama menggunakan Sharingan.

"Sial!" katana dikeluarkan untuk menebas Bunshin yang berada di belakangnya. BOFT. Bunshin tersebut menghilang, beruntung ia sempat menggunakan Sharingan di kala terakhirnya. Sial—ia mengalami sakit kepala dengan skala 7. Otaknya sudah mau meledak saja rasanya, ia tahu kalau ia harus segera dibawa ke Shinobi dengan tipe Iryouninjutsu, tapi ia tidak bisa menyerah dalam pertarungan ini sekarang.

"—ukh—" bola matanya bergulir ke arah sang pemimpin Akatsuki. "Sial, sepertinya aku terpaksa harus melarikan—UKH!" merintih tepat ketika ia merasa kalau ususnya berasa diikat. Sakit sekali, sialan. Lambungnya juga perih. Ia bahkan muntah darah. Sial, ia tidak bisa menyangka kalau konflik tubuhnya dengan Sharingan sampai sejauh ini. Ya, mungkin ini karena—karena ia mendapatkan Sharingan dari orang lain sementara ia Uzumaki.

"S—Shinji—san—" ucapnya lirih. "S—epertinya aku h—ukh—hanya b—" kata - katanya terputus. Ah—ia pingsan. Gawat, dalam keadaan darurat seperti ini—semoga saja Shinji dapat bertarung sendirian.

---

Chakra : 500 - 90 - 90 - 35 - 90 - 35 = 160.

Tetsu akan pingsan selama

Random number (1,10) :

5

post.

Bola matanya bergulir ke arah sang Pemimpin Blok tepat ketika ia mendengar suatu suara--seperti suara terjatuh. Dan benar saja, tubuh sang Pemimpin Blok menempel ke tanah. Ia sudah tahu kalau Tetsu tidak mati, karena ia masih bisa merasakan Chakra-nya, sedikit. Ia sudah menguras banyak Chakra.

Beruntung ia sudah menciptakan belahan tubuhnya barusan.

"01, jaga dan lindungi Tetsu. Jangan sampai ia terbunuh," ia berkomunikasi pada sang kloning. "Dimengerti, Shinji-sama." jawab sang kloning seraya berlari ke arah Tetsu dan menggendong tubuhnya. "Genjutsu : Kai!" gumamnya. PLASH. Ruangan tersebut secara tiba - tiba menghilang.

"Sekarang, bawa Tetsu ke Kumogakure. Segera kembali ke sini. Aku tak akan memaafkanmu kalau terlambat. Setelah itu, hubungi ninja Iryou untuk menyembuhkan Tetsu. Kau bisa meminjam identitasku agar dipercaya, lagipula kita memiliki tampang yang sama. Aku tak akan menggunakan Doton-ku karena aku tidak bisa menguras tenaga" lanjutnya. "Dimengerti." jawab sang kloning dengan singkat sebelum menggunakan Shunshin menuju Kumogakure.

"--dan aku akan menyelesaikan pertarungan dengan cecunguk ini," gumamnya. Ketika ia mengerjapkan matanya, Sharingan telah dinonaktifkan. "Aku akan menghabisimu sekarang juga. Bersiaplah, Kurohige." ia kembali merapal segel tangan. "Fuuton : Shiru!" ah, semoga saja kena.

"Hmph.. aku harus melawan dia ya," ia melirik ke arah musuhnya kini. Dari tampangnya, agak kurang.. katakanlah, meyakinkan. Tapi ada kemungkinan kalau pemuda ini jauh lebih kuat daripada sang pemimpin blok karena dapat membagi struktur selnya.

Dalam hitungan detik, Genjutsu-nya menghilang dan ada angin topan yang berhembus bersamaan dengan rintik - rintik hujan Amegakure. "N-nani?" gumamnya perlahan seraya mulai menghentakkan jari - jarinya ke tanah. "Uchiha Kaenjin!" angin topan tersebut mulai melemah sementara Jutsu-nya kebalikannya. Beruntung ia sempat mempelajari Jutsu berelemen Katon ini dari seorang Uchiha murni yang sekarang bahkan ia tidak tahu keberadaannya.

Dengan cepat ia mengeluarkan kunai bom asap dan melemparkan beberapanya ke arah sang musuh. Belum cukup dengan itu, ia memusatkan Chakra-nya pada telapak kaki seolah membuatnya melompat tinggi. Setelah ia melompat, ia menggunakan pedangnya yang berat juga panjang setelah itu melemparkannya ke arah udara, sebelum itu ia menendang gagangnya sehingga melesat ke arah sang musuh.

Belum cukup dengan itu, ia juga melemparkan beberapa bola Yoton ke arah sang musuh kini. Beberapa serangan yang berbeda, akankah sang musuh dapat menghindari serangan tersebut? Masih ada kesempatan untuk menghindarinya, setidaknya 1%.

"Aku tak bisa menggunakan Sharingan lebih dari ini.. sebaiknya aku menatap baik - baik pergerakannya," ia bergumam. Sekali lagi, chakra Raiton sempat mengelilingi tubuhnya dan akhirnya keluar dalam bentuk seorang Inuzuka (Uchiha) Shinji. "02, awasi pertarungan dan bantu aku. Salurkan juga sebagian Chakra 01 dan Chakramu padaku, karena tubuhmu terhubung dengan tubuhnya. Lagipula aku membutuhkan Chakra." jelasnya. 02 hanya mengangguk seraya mulai menyalurkan Chakra miliknya dan juga chakra milik 01, karena pribadinya yang pendiam, 02 tidak pernah membuang kata.

Sebelum itu, ia menciptakan lubang di tanah dengan bantuan Doton : Kussaku. Parahnya, tanah yang dilubangi oleh Jutsu berelemen Doton itu diserang dengan kunai asap, menyebabkannya rusak dan hampir runtuh, setidaknya 15 menit lagi. Dengan kepala yang menyembul dari lubang menuju jalan keluar, ia merapal segel tangan. "Hyoton : Karre" pedang yang digunakan untuk menyerangnya itu berhasil tertahan akibat Jutsunya yang membuat pedang tersebut terjatuh ke arah tanah.

"Suiton : Kozu! Suiton : Ame!" dua serangan tipe berbeda namun dengan elemen yang sama dilancarkan. Ah itu bukan serangan, hanya sebuah perlindungan. Kozu dan Ame digunakan untuk menghentikan beberapa bola Yoton yang dilancarkan ke arahnya. Ame hanya untuk jaga - jaga, apabila Kozu, nah. Kau sudah tahu.

Setelah banjir setinggi 15 meter tercipta, ia langsung merapal segel tangan. "Raiton : Kaminari!" kilat biru dengan segera menyambar sang musuh. Entahlah? Ah, semoga saja kena.

"Hngg—" mengerang. Mungkin ia sudah sadar namun masih belum terbangun. Di dalam mimpinya, ia melihat seseorang yang memakai suatu jubah berwarna merah pekat dan sedang berbisik padanya, "kau akan terlahir kembali." Pemandangan itu terlihat begitu nyata di matanya tapi ia tidak sepenuhnya percaya dengan perkataan tersebut.

"Siapa kau—" sebelum ia sempat melanjutkan kalimatnya, sosok misterius tersebut menghilang menjadi debu pada saat ia mengerjapkan mata. Setelah itu, pemandangan berubah menjadi kegelapan yang menjadi, setelah itu ia melihat seseorang di tengah kegelapan tersebut. "Ah—Inori—" wanita bersurai pink yang sempat ia kenali tampak sedang menjulurkan tangan ke arah Tetsu belia. Ia tentu membalas tangan tersebut, tapi—Inori tertarik ke dalam suatu portal.

Pemandangan kembali berubah menjadi gunung es. Dan ia dapat melihat refleksi dirinya sendiri. Kacau. Matanya hancur, tubuhnya bahkan hampir tidak berbentuk lagi. Perlahan, keluar darah dari mata sebelah kanannya. Dan tanpa sengaja, ia membangkitkan Sharingan. Pemandangan tersebut terlihat nyata baginya—sangat nyata. Bahkan ia bisa merasakan nafasnya yang memburu.

"TIDAAAK!" tapi sebelum itu, ia sudah terbangun. Dengan tubuh yang terkulai lemas dan sedang digendong oleh seseorang—Raikage? Pandangannya makin memburuk, mungkin karena ia terlalu banyak menggunakan Sharingan. "Raikage—bagaimana? Sudah selesai?" tanya Tetsu. Bahkan ia mengucapkan beberapa bait kata itu dengan perjuangan antara hidup dan mati.

"Shinji-sama berada di Amegakure, aku ditugaskan untuk membawamu ke ninja Iryounin di Kumo, di sana pasti aman." jawab Shinji. Ia hanya bisa mengerutkan alis tidak mengerti. "Ya sudah.. dijelaskan baik - baik pun aku tak dapat mengerti maksudnya," bisiknya lirih seraya mulai membatukkan darah.

"Ne, Shinji-san. Apa aku terlihat lemah sekarang..?" tanyanya dengan nada lirih. Shinji melirik ke arahnya seraya berhenti berjalan. "Bicara apa kau ini, Tetsu-senpai?" 'Senpai'? Shinji memanggilnya dengan imbuhan '-san'. Bahkan nada bicaranya jauh lebih berbeda. "Kau.. siapa?"

---

Sudah diizinkan Shinji-san untuk godmod.

"Jutsu Hyoton, eh." gumamnya perlahan melihat tindakan sang musuh. Tapi semua itu sia - sia. Ia dapat memutar balikkan keadaan dalam sekejap. Ketika banjir setinggi 15 meter itu tercipta, ia mengaktifkan pelindung Doton di sekelilingnya dan tertawa cekikikan. "Bodoh sekali dia, menciptakan suatu ruang bawah tanah dengan lubang yang terbuka, justru air dari banjir itu akan meluap masuk, dasar bodoh." gumamnya perlahan seraya tertawa.

Sebelum ia melenyapkan pelindung Doton-nya sepenuhnya, ia mengaktifkan pelindung Fuuton yang berbentuk seperti topan terlebih dahulu untuk memompanya naik ke atas air. Bersamaan dengan hal tersebut, suatu kilat biru tampak menyambarnya--dan ia menghindari kilat biru tersebut dengan meniupkan chakra Fuuton dari dalam tubuhnya.

Dalam waktu singkat, ia telah membentuk beberapa balok spons dengan ukuran lumayan besar yang setidaknya dapat menyerap banjir tersebut. Kedua, ia menciptakan balok Doton di atas tempat perlindungan musuhnya untuk mencegahnya keluar dari ruang bawah tanah itu.

"Yak, sekarang tinggal menyiapkan beberapa hiu~" senandungnya seraya mulai menciptakan hiu yang tercipta dari elemen Suiton dan menempatkannya di dalam lautan banjir tersebut. Setidaknya ini akan mencegah Shinji dalam bergerak ketika ia berhasil menghancurkan beribu - ribu balok Doton yang diciptakan oleh Kurohige.

"Matsu, kau licik.." bisik Zero. "Tidak ada kata 'tidak licik' dalam pertarungan, bukan?" balasnya seraya tersenyum sarkastik.

Suatu Doujutsu diaktifkan oleh Kurohige Matsukawa. Ya--Sharingan. Entah darimana ia mendapatkan mata ini, seingatnya dari pemimpin Akatsuki sebelumnya. Ia bisa melihat pergerakan musuhnya untuk beberapa waktu ke depan. "Yosh!" ketika sang musuh melancarkan Gouka Mekkyaku, Kurohige langsung berlari ke arah sang pemuda yang baru saja datang kemudian menerjang tubuhnya.

Suatu hiu dengan ukuran besar tampak terbentuk dari lautan banjir tersebut, dengan cekatan ia melemparkan beberapa balok Doton berukuran besar ke arah sang hiu sembari mengurung bola - bola Suiton yang dilancarkan oleh sang hiu menggunakan penjara Doton yang ia bentuk barusan.

"Not bad." gumamnya perlahan seraya berlari ke arah sang pemuda dan menyetrumnya menggunakan Raiton : Kaminari. Kemudian dengan cekatan ia bersiap untuk mengambil bola mata sang pemuda.

Mangekyou Sharingan diaktifkan tepat ketika Kurohige mengaktifkan Sharingan miliknya. "Heh, Sharingan biasa.. payah." fikirnya. Ia dapat melihat pergerakan sang musuh dengan teliti. Ketika sang musuh menerjangnya pun, ia menghindari terjangan dari sang musuh dengan elegan. "Aku dapat melihat pergerakannya," gumamnya.

Ketika ia hendak disetrum oleh Raiton : Kaminari, dengan cepat ia menggunakan Shunshin menuju banjir tersebut kemudian melompat masuk ke dalamnya. "Menyelamatkan Raikage merupakan prioritas utamaku," gumamnya seraya mengaktifkan Doton : Sashidashi, dan kemudian ia memukul beberapa balok Doton yang diletakkan.

"Raikage adalah salah satu teman Tetsu-sama," fikirnya seraya mulai berpijak di atas suatu galian yang berada di banjir paling bawah. "Karena itu aku memiliki kewajiban untuk menyelamatkan beliau." fikirnya seraya membongkar galian tersebut seraya mengangkut tubuh sang Raikage ke atas.

"Raiton : Kaminari Shibari." tiga sisi pelindung Raiton diaktifkan di sekeliling Shinji. Tampak cairan merah kental keluar dari lubang hidungnya, bahkan cairan merah kental tersebut juga mengalir dari kedua bola matanya. Tapi ia tetap mengabaikan hal tersebut. Kunai peledak ia lemparkan ke arah sang musuh, sembari membentuk sebuah segel tangan. "Raiton : Jibaishi." BZZT, BZZT. Chakra Raiton tampak terkumpul pada tangan kanannya.

"Bagus, pertarungan ini berhasil membuat darahku—" ketika ia melompat turun, kakinya sudah bersiap untuk menendang wajah sang musuh. Tangannya juga bersiap untuk melontarkan serangan Raiton itu pada sang musuh. "—MENDIDIH!"

Aksi pemuda ini benar - benar memukaunya--sungguh. Ia tidak pernah melihat seorang Shinobi seperti ini, inilah seorang Shinobi sejati. Berbakat dan memiliki seni bertarung yang hebat, itulah seorang Shinobi seharusnya. "Bodohnya aku.. kenapa aku memikirkan anak ini--" eh, anak ini jauh lebih berbakat daripada Tetsu, kalau dilihat - lihat. Ia lebih pantas menjadi seorang Pemimpin Blok dibandingkan Tetsu, si anak sombong itu. Dewa, katanya, pft. Tapi dia malah tak berdaya ketika mengaktifkan Sharingan, terlebih tomoe 3.

Bocah ini--auranya sangat menekan. Bahkan ia sempat bergidik ngeri melihat penampilannya.

Karena ia tidak fokus, dua serangan itu berhasil mengenainya walau ia sempat menghindar--tapi tetap saja kena. Serangan itu membuatnya terpental sejauh 5 meter. "Che." seraya mulai berlari cepat ke arah sang pemuda menggunakan Shunshin. "Wah, wah. Tumben ada yang sependapat denganku soal pertarungan ini," ucapnya seraya tersenyum sarkastik.

Ketika ia melompat, ia tersungkur ke arah tanah. "--wah, wah. Sepertinya Chakraku habis di saat genting," tapi Zero memberikannya asupan Chakra. "Baik--apakah kau bisa menghindari serangan ini?" bola Yoton dilemparkan dari arah atas. Zero sudah bilang kalau ia harus memanfaatkan Chakra pemberian Zero ini sebaik - baiknya, tapi apa boleh buat, karena musuh terkuat muncul di saat darurat.

Penglihatannya perlahan lahan mulai memburuk karena ia mengaktifkan Mangekyou Sharigan, tapi itu bukan masalah baginya sebelum ia mencapai tahap kebutaan. "Sependapat, katanya.. benar - benar naif," gumam Ayato. "Wah, sudah tak berdaya ya?" ucapnya dengan nada sarkastik.

Ketika bola Yoton tersebut dilemparkan, dengan cepat ia mengaktifkan Uchiha Kaenjin, sehingga ketika bola Yoton itu menembus pertahanan dari Uchiha Kaenjin, bola Yoton itu ditelan oleh Uchiha Kaenjin. "Jangan remehkan aku," fikirnya seraya mulai mengaktifkan Karyu Endan.

"Yang kelihatan lemah bisa saja menyimpan kekuatan terpendam, sementara yang kelihatan kuat-lah yang akan kalah." Raiton : Kuropansa diaktifkan, kedua - duanya dikombinasikan menjadi serangan mematikan. Tapi bersamaan dengan itu, kedua matanya kini menjadi rabun. "Kukira orang seperti apa yang mengalahkan Tetsu-senpai, ternyata orang seperti ini. Bodoh. Mati saja sana."

"Sial! Kombinasi Jutsu ini--" kombinasi Jutsu tersebut menerjang tubuhnya, membuatnya terpental sekitar 45 meter jauhnya. "Hosh.. sial, gomenasai, Zero. Kekuatanku sudah mencapai batasnya, aku tidak dapat menggunakan Jutsu. Tak lama lagi, tubuhku akan hancur." ucapnya bertelepati dengan Zero.

"Aku bisa memahami kondisi tersebut," ucap Zero. "Hanya saja, apabila kau mati, maka aku harus mengganti peranmu dengan seseorang.. ini bukan pertama kalinya, ketua Akatsuki sebelumnya juga mengalami hal yang sama. Dia terpaksa menerima kekalahan," lanjut Zero. "--sepertinya tak mungkin untuk memerangkap Bijuu dalam kondisi sprti ini,"

"--berisik,Zero." ucapnya pelan. "Yang pasti, aku akan menang. Itu saja yang ingin kupilih, Zero." bola Raiton dilemparkan.