Prologue
Shooting Star
Iwagakure. Beberapa tahun yang telah lalu.
Tampak seorang pria bertubuh kekar yang tengah duduk di kursi Tsuchikage. Matanya tertutupi dengan topi yang ia gunakan, sementara ekspresinya tetap tenang. Perang sudah lama meletus di Konohagakure, dimulai dari insiden Sunagakure yang ingin merebut Kyuubi dari Konoha. Sejak itu, dimulailah peperangan yang bahkan sampai melibatkan Kumogakure dan Iwagakure. Konohagakure mengandalkan Iwagakure sebagai sekutu, dan Sunagakure memanfaatkan Kumogakure sebagai sekutu pula.
Namun, peperangan berakhir dengan berhasil dipukul mundurnya Suna-Kumo. Menurut sumber yang terpercaya, Suna masih memiliki keinginan untuk merebut Kyuubi dan saat ini sedang mengumpulkan bala bantuan untuk turut merebut Kyuubi. Dan Iwagakure termasuk targetnya. Karena Tsuchikage yang lama telah berganti oleh yang baru, yaitu pria kekar ini. Karena itu, Sunagakure berusaha memanfaatkan sisi 'Kage baru' pria itu. Pertama-tama ia akan membuat mentalnya kalah dengan berbagai macam sindiran dan ancaman, yang lalu berujung pada Iwagakure yang diharapkan menyerah.
Sayangnya, semua itu takkan pernah terjadi.
Sebuah ketukan pelan pada pintu ruangan Tsuchikage membuat pria itu menggulirkan matanya ke arah pintu, yang kemudian menghela napasnya sebelum memperintahkan sang pengetuk (?) untuk masuk. Dan apa yang ditemukan, sesosok anak kecil berusia kira-kira 7 tahun dengan surai coklat acak muncul di depan pintu yang dibuka.
"Otou-san? Pihak Sunagakure masih belum datang, kah?" tanya anak itu sembari tersenyum polos. Sang ayah dari anak itu hanya menatap anak itu dengan tatapan bingung, yang lalu kemudian menghela napas. "Dari mana kau tahu hal-hal seperti itu.." "oh, kalau itu sih, Ura-san si Jounin Pemalas itu juga tahu! Aku tanya kenapa belakangan ini banyak pihak tak dikenal yang masuk desa, dan dia jawab kalau itu pihak Sunagakure! Menurutku, semua itu pasti ada hubungannya dengan ayah! Soalnya mereka sering datang ke ruangan ini!" diakhiri dengan senyuman tidak berdosa.
Sang ayah tampak tersenyum sebelum mengusap-usap bagian kepala anak itu. "Tetsu.. kau memang anak ayah. Bisa menyelidiki hal-hal rumit seperti itu, yang bahkan belum bisa dipahami anak-anak seusiamu." pintu yang dibuka itu diketuk oleh seseorang, tampaknya Jounin Suna. Pria itu kemudian menatap datar ke arah Jounin Suna itu--yang perlahan menghilang menggunakan Jutsu kamuflase, lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada Tetsu. "Nah, Tetsu, kamu lebih baik kembali ke rumah. Ibumu pasti sedang mencari-carimu sekarang." ucapnya sembari mengacak surai anaknya. Sementara Tetsu mengangguk mantap, lalu berjalan keluar dari ruangan itu.
Sementara Jounin Suna tadi, perlahan-lahan kembali seperti biasa. Dan tampak sedang menatap sengit ayah dari Uzumaki Tetsu. Alisnya mengkerut. Uratnya yang ada di atas alis tampak menonjol. Sebelum sebuah senyuman yang terkesan dipaksakan muncul di wajah Jounin tersebut. "Norio Uchiha-san. Aku ingin membicarakan sesuatu kepadamu.." bertepatan setelah itu, pupil sang Tsuchikage perlahan berubah. Menjadi Sharingan tomoe 3.
.
.
.
.
"Okaa-san, aku pulaang!" Tetsu tampak berlari girang ke dalam rumah, sementara ibunya--Uzumaki Aiko--yang sedang memasak di dapur tampak menoleh ke arahnya. "Selamat datang. Ibu sudah memasakkan maguro sashimi, makanan kesukaanmu. Silahkan dimakan~!" ucap sang ibu, tak kalah bersemangat. Sementara Tetsu hanya bisa bersorak kegirangan dan lalu langsung memakannya.
.
.
.
.
Jam menunjukkan pukul 7 malam. Sementara sang ayah belum juga pulang. Tetsu tampak sedang asyik membaca komik di kamarnya sendiri, sembari berbaring di atas kasur. Sesekali ia mengecek ke lantai bawah untuk mengetahui apakah ayahnya sudah pulang atau belum. Bahkan sampai jam menunjukkan pukul 8 malam, ayahnya belum juga pulang. Padahal biasanya ayahnya pulang jam 6 sore.
Khawatir, ia menaruh komiknya di atas ranjang dan lalu mengambil kantung ninja. Sebelum berjalan keluar dari kamarnya. Ketika ia akan meraih kenop pintu, tampak bayangan sang ibu yang mengawasinya dari belakang. Otomatis pergerakannya terhenti, dan secara perlahan Tetsu menengok ke arah belakang. Menampakkan sang ibu dengan ekspresi marah besar.
"Tetsuu?" tanyanya dengan nada lembut yang dibuat-buat. "Mau kemana dan untuk apa membawa kantung ninja?" lanjut ia bertanya.
"Umm, hanya ingin latihan di rumah teman.. ya. Begitulah." Tetsu kemudian menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Tidak boleh." dengan penekanan pada seluruh kata. "Okaa-san tahu kalau kamu ingin pergi menengok otou-san.. tenang saja, dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri dari pihak Sunagakure!" akan tetapi, Tetsu sudah keburu keluar dari rumahnya. "Aku pergi dulu!" dengan terburu-buru, ia berlari ke arah gedung Tsuchikage.
.
.
.
.
"Otou-san, aku masuk!" ucapnya sembari mengetuk pintu ruangan Tsuchikage. Hening. Tanpa jawaban. Tetsu cuma bisa memandang pintu itu heran. Sebelum mengetuknya lagi. "Otou-san. Aku masuk." tidak biasanya ayahnya begini. Biasanya ayahnya selalu memperbolehkannya masuk. Ini tidak. Tanpa ada jawaban sama sekali.
"Otou-san, maaf.."
Krieet. Pintu itu dibuka perlahan. Sinar rembulan merambat masuk ke dalam ruangan yang gelap. Ketika Tetsu menyalakan lampu--
"OTOU-SAN!?"
.
.
.
.
.
"Jadi--Uchiha Norio, suami Anda yang merupakan seorang Tsuchikage--terbunuh. Maafkan aku." tampak seorang Uzumaki Aiko tengah menangis di hadapan polisi itu, sementara Tetsu.. ekspresinya masih sama sejak tadi pagi setelah bangun tidur. Kosong. Tanpa ekspresi. Ekspresi yang seperti mayat. Dengan mata yang melotot dan mulut yang sedikit menganga.
"Dik Tetsu?" ucapan dari sang polisi membuat Tetsu menoleh. "Coba deskripsikan apa yang kau lihat semalam."
Tetsu mengangguk. "Jadi, semalam, aku sempat datang ke kantor Tsuchikage sekitar jam 5 sore. Dia masih hidup. Dan dia masih belum kembali juga pada saat jam 8 malam. Aku yang khawatir dengan cepat mengecek ke kantor Tsuchikage, dan aku melihat otou-san.. duduk di kursinya. Akan tetapi. Tanpa kepala. Tanpa--kepala--HUEK!" jika Tetsu tidak segera menutup mulutnya, bisa jadi lendir itu langsung termuntahkan. Ia kemudian menelan hal yang akan ia buang tadi.
"...maaf."
.
.
.
.
"Ap--kau sudah gila! Untuk apa kau pergi ke Sunagakure--padahal okaa-san sudah bersyukur kalau ada kamu.. tapi kenapa kamu tidak mengerti perasaanku!?"
Pekikan seorang Uzumaki Aiko terdengar. Sementara Tetsu hanya menunduk. "Ibu.. apakah dengan membiarkan orang jahat di dunia itu merupakan sebuah kejahatan? Aku sudah mengetahui semuanya. Mengenai Sunagakure, dan konfliknya terhadap Iwagakure. Ibu.. mungkin aku akan merindukan pelukan penuh sayangmu, tapi semua itu sudah cukup. Sampai sini saja. Akan tetapi, suatu hari nanti aku akan kembali. Kembali ke sini. Ke rumah ini. Aku sudah menghubungi salah satu Jounin bawahan ayah untuk membawaku ke Sunagakure. Mungkin juga aku akan pergi ke Kumogakure agar tidak ada lagi yang harus menangis. Jadi.. tenang saja, ibu. Aku akan segera kembali."
Bertepatan setelah itu, Tetsu dengan segera keluar dari rumahnya, sembari menenteng sebuah tas yang berisi berbagai macam benda. Sementara Aiko, yang awalnya berdiri tegap, kini tersungkur ke lantai. Pasrah.
"Ayah.. aku akan membalaskan dendammu. Sunagakure.. lihat saja. Aku akan meluluh-lantahkan kalian. Pasti. Pasti.."