[Battle] Amegakure

First topic message reminder :

Desa Amegakure, desa yang tersembunyi di balik hujan. Tidak—desa ini bukan salah satu desa besar seperti 5 desa lainnya—desa ini hanyalah desa kecil. Tapi keramaiannya tak kalah dengan desa besar, walaupun belum bisa melampauinya. Setidaknya populasinya hampir mencapai populasi desa - desa besar lainnya. Kini, seorang pemimpin blok utara—Uzumaki Tetsu tengah berpijak di atas desa yang tersembunyi di antara hujan itu.

"Desa Amegakure, ya.. sou." gumamnya pelan seraya melangkah menuju salah satu kedai di sana yang memiliki pintu geser kuno. Kedai itu tidak terlalu mewah hanya saja makanannya terkenal enak, walaupun tempatnya agak bau, jorok juga sepi pengunjung. Dulu, ketika Tetsu masih kecil ia sempat mengunjungi kedai ini—bersama orang tuanya. Paman pemilik kedai, yang dulunya masih segar bugar kini menjadi sakit - sakitan dan kurus. Wajar lah, sudah beberapa tahun berlalu.

"Paman," sapanya perlahan pada kakek - kakek kurus yang tampak melongo, memandangi wajah Tetsu dengan alis mengerut. Pikun. "Ini aku, Tetsu," lanjut Tetsu seraya tertawa garing dan menunjuk wajahnya. Mata paman—ah, kakek itu tengah membulat sampai akhirnya bangkit dari duduknya dan menepuk - nepuk pundak seorang Uzumaki Tetsu. "Aah, Tetsu, ente udah besar ya!" ucap kakek itu seraya tertawa walau lemah. Tetsu membalasnya dengan tertawa garing.

"Apa yang kakek ini bicarakan.. aku tidak mengerti," gumam Tetsu pelan dengan tampang sweatdrop. "Nah, Nak Tetsu, ente mau ngapain ke sini?" tanya kakek - kakek itu seraya kembali duduk. Tetsu hanya menatap ke bawah dengan wajah ragu, sebelum akhirnya mendongakkan wajahnya. "Kek.." kakek itu menoleh ke arah Tetsu dengan penuh tanda tanya. "—aku ingin meminta informasi seputar Akatsuki."

Kakek itu membulatkan kedua matanya sebelum kembali tertawa. "HAHAHA!" tawa kakek itu, sebelum akhirnya menghela nafas dan meraih sebatang rokok. Kakek itu menghisapnya seraya mengeluarkan asap rokok itu. "Nak Tetsu, sekarang ente sudah jadi pemimpin blok utara, 'kan?" tanya kakek itu seraya kembali menghisap rokoknya, sebelum kembali menjawab. "Nak Tetsu.. kuberitahu saja, Akatsuki memiliki pemimpin baru."

Terbelalak.

"M—maksud kakek, lelaki berambut pirang panjang diikat itu—" kakek itu menatapnya dengan tatapan serius. "—'kan?" lanjut Tetsu dengan nada agak ragu. Kakek itu terdiam seraya menggeleng pelan. "—tidak, Nak Tetsu. Bukannya ente sudah tahu kalau lelaki brengsek pencuri Bijuu itu sudah lama wafat?" tanya kakek itu sebelum kembali menghisap rokoknya dan kembali mengoceh.

"Dengar.. pemimpin barunya ialah mantan anggota Wildnight, jadi waspadalah Nak Tetsu, dia memiliki kekuatan Anoton dan Shinton! Dia bisa membunuh ente. Konon dia juga memiliki 5 elemen dasar." jelas kakek itu. Tetsu mengerutkan alis. Sepertinya bukan lawan yang bisa dianggap remeh—juga bukan lawan yang bisa ditakuti. Sudah tahu berapa kali ia berhasil membantai ketua Wildnight?

"Oke, terima kasih informasinya kek," jawab Tetsu seraya mengangguk perlahan. "Satu hal lagi—kakek tahu berita tentang Bijuu?" tanya Tetsu dengan nada serius. Kakek itu menggeleng samar. "Sayangnya tidak. Tapi yang ane ketahui sih, Bijuu belum tersentuh dan tersegel, tapi ada satu Jinchuuriki Juubi, yaitu.. Mizuro Yotsuki." jelas kakek itu dengan nada serius. Tetsu terbelalak. Sialan. Harusnya ia menyegel Juubi yang berada di dalam tubuh ketua Wildnight itu—ke dalam tubuhnya tentu.

"W—wakarimasen." jawabnya seraya mulai mengambil tempat duduk di pojok ruangan. Syal merah yang posisinya sedikit miring ia perbaiki, angin yang berhembus membuat surainya sedikit berantakan. Hanya menatap kosong seraya menyeruput sedikit sake. Sialan—bagaimana ini. Pasti ketua baru-yang-identitasnya-tidak-jelas itu akan merebut Kyuubi 'kepunyaannya'.

Sayang sekali. Sepertinya sang musuh tidak mengetahui kondisinya sekarang, ya. Ketika bola Raiton itu dilesatkan ke arahnya, Uchiha Kaenjin menelan bola Raiton tersebut walaupun sebagai gantinya, tembok Katon itu sedikit dibuat rusak karenanya.

"Pergilah ke Neraka." kutuknya sembari menciptakan beberapa Kage Bunshin, sebelum memanipulasi struktur sel Bunshin tersebut menjadi Katon sebelum berputar dengan 'riang'-nya ke arah buronan kelas S itu, dan dapat menyebabkan luka bakar.

Belum cukup dengan itu, ia meletakkan beberapa kunai peledak di sekelilingnya sehingga menciptakan kepulan asap yang luar biasa. Memanfaatkan hal tersebut, ia segera mengarahkan Raiton : Jibaishi pada area di bawah bahu bagian kiri—tepat pada dada kiri.

Sayang sekali, ia dapat melihat pergerakan pemuda misterius itu dengan mudah. Sharingan seakan mengatakan padanya bahwa ia harus menumpukan Chakra pada kedua kakinya; sehingga ketika Bunshin Katon itu berputar dengan kecepatan tinggi ke arahnya. Serangan itu dapat ia hindari dengan mudah dengan cara melompat.

Namun sayang sekali, Sharingan terpaksa ia non-aktifkan tepat ketika beberapa kunai peledak diletakkan--Zero mengatakan bahwa ia harus memanfaatkan Chakra secukupnya. Ketika ia mengerjapkan mata, pemuda itu sudah tidak ada di depannya--dan asap tersebut menusuk matanya, ia tahu.

"--tak ada gunanya bersembunyi dariku," eh? Seperti bukan Matsukawa saja. Benar saja, ketika ia membuka mata, matanya berubah wujud menjadi Wildrises tahap akhir. "Aku dapat melihat pergerakanmu," lagi - lagi perkataan yang seperti bukan disebutkan olehnya.

Seperti fikirannya sedang tertukar dengan fikiran Zero..

Tepat ketika serangan Raiton itu dilancarkan, dengan cepat juga tepat ia melompat walau kakinya tersetrum oleh serangan Raiton itu dan membuat dagingnya terkoyak. Tenang saja, Zero dapat menyembuhkan lukanya--karena sedang tidak ada siapapun di markas, untuk saat ini.

'Waktumu tak cukup.. kau akan mati.'

Dengan segera ia menonaktifkan Wildrises miliknya--sebelum memandang pemuda itu dengan tatapan sinis dan mengatakan bahwa mereka akan berjumpa lagi sembari berjalan pergi dengan satu kaki.

[OUT - to Akatsuki]

"Hn, Uchiha Ayato.. kau fikir 'perang' ini akan berakhir begitu saja?" tanyanya sembari berdehem. Ia sudah mendapatkan informasi tentang Amegakure—terima kasih pada rumor yang menyebar di udara. Rumor itu diawali oleh seorang kakek - kakek yang berhasil menyelamatkan diri ke Konoha dan membeberkan keadaan Amegakure saat ini.

"Cih, dasar pengawal Pemimpin Blok," decihnya sembari mulai mengubah sebagian Chakra-nya menjadi Chakra Fuuton sembari menghembuskannya, sekiranya dapat melempar sang target. Tidak cukup dengan itu, ia membentuk tangan kanannya sehingga terdiri atas Chakra Fuuton yang dapat menembus daging seseorang.

'Sial, luka saat itu masih berasa sedikit sakit—' dada kirinya sedikit berlubang karena pisau Chakra yang ditancapkan oleh Tetsu pada dada kirinya. '—tapi ini takkan memengaruhi kondisi tubuhku. Aku akan baik - baik saja dalam melawan pemuda ini, walau levelku jauh dibawahnya,' gumamnya sembari mulai berlari maju.

Setelah itu ia membelah dirinya dengan Kagebunshin dengan tangan yang masih dengan chakra Fuuton. Dengan cepat ia melesatkan tangannya pada dada kiri Ayato—namun jangan remehkan bunshin - bunshin tadi. Bunshin pertama menyerang pada punggung Ayato, sementara bunshin kedua menyerang pada sisi atas Ayato, sehingga tidak memungkinkan keadaan untuk membuat Ayato menghindari serangan Rivaille dan bunshin pertamanya dengan melompat, karena ada bunshin kedua yang siap menyerang di bagian atas seorang Uchiha Ayato..

"—eh? Cuma segitu saja?"

Serangan yang lumayan mudah dihindari. Dengan cepat ia memutar tubuhnya ke arah belakang dan mengubah lengan kanannya menjadi Katon sebelum menebas Bunshin di belakangnya dan berjalan mundur sebanyak 15 langkah. Satu kunai ia siapkan, dan digunakan untuk dilemparkan pada bunshin yang menyerangnya dari atas. BOFT. Bunshin tersebut berubah menjadi kepulan asap.

"Sebisa apapun kau menyerangku, hasilnya tetap akan sama," ucapnya sembari sedikit tertawa. "Kau Gennin dan aku Kelas S. Keadaan itu tidak memungkinkanmu untuk menang." lanjutnya sembari mulai berlari dengan cepat ke arah sang musuh baru sembari menerjangnya.

Omong - omong, kau ingin tahu darimana ia bisa tahu orang ini Gennin? Dari Chakranya.

Setelah ia menerjang sang musuh, ia membentuk suatu segel tangan. "Doton : Chidokaku." tanah di sekeliling musuhnya mulai menurun. Darimana ia dapat menurunkannya? Ia telah memijakkan kakinya pada area sekitar dimana musuhnya memijakkan kakinya, itu gunanya ia menerjang sang musuh tadi.

"Tche." dengan cepat ia membentuk satu bunshin sebelum meletakkannya di depannya, membuat Ayato menerjang bunshin miliknya dan membuat bunshinnya menghilang. Walhasil Ayato menurunkan tanah dimana bunshin miliknya memijakkan kakinya tadi. "Selamat karena sudah tertipu akan seranganku." sindiran yang efektif untuk memancing amarah seseorang.

Ia melemparkan beberapa kunai peledak pada musuhnya sebelum menghasilkan ledakan bahkan menghasilkan asap yang dapat menyakiti mata sebelum menggigit gagang kunai normal dan mulai membentuk segel Kagebunshin sebelum maju ke arah sang musuh dan melepaskan kunai dari mulutnya, juga menyabet tubuh sang musuh.

"Doton : Chidokaku." tanah yang sedang ia pijak meninggi, membuat kunai tersebut menancap pada tanah. Tentu asap yang dilancarkan oleh kunai peledak tersebut takkan melukai seorang pengguna Mangekyo Sharingan. Kini, pupilnya kembali normal. Karena dia memang menonaktifkan Mangekyou Sharingan miliknya.

Ia melompat ke bawah sebelum mulai menarik nafas panjang dan mengeluarkannya dalam bentuk chakra api yang dilancarkan ke arah sang musuh di tengah asap. Katon : Goukakyuu no Jutsu. Ya, itu berguna untuk pengelabuan. Setelah melancarkan Jutsu tersebut, dengan cepat ia menggunakan Meisaigakure no Jutsu dan berlari ke arah orang tersebut walau pandangannya sedikit kabur.

Ia menyabetkan katana-nya secara vertikal pada orang itu. "Mati kau."

"Hentikan tipu muslihatmu itu—" ya, ini sama sekali tidak lucu. Bukan pertarungan namanya apabila salah satu pihak selalu mengambil status agresif dalam bertahan namun pasif dalam menyerang, sementara pihak yang lain mengambil status agresif di kedua sisi.

Serangan Katon? Hum. Begitu. Dengan cepat ia menyingkir dari lokasi berdirinya dan membuat Bunshin yang kini telah berpencar ke segala arah—sementara ia bersembunyi di balik pepohonan. Namun, tak berapa lama salah satu Bunshin-nya berubah menjadi asap. Bisa diduga kalau ada seseorang yang menyerang Bunshin-nya.

Ini juga karena mata orang tersebut rabun, sehingga tak dapat melihat dengan begitu jelas. "Huh, bodoh!" ia meludah ke sembarang tempat sebelum menarik nafas. "—Meiyou Gokai!" serangan bola api besar selama tiga kali. Ini merupakan salah satu Jutsu umum di Wildnight, dan tentu, itu sudah ia pelajari.

OOT : Berdasarkan post di atas, saya menganggap bahwa Rivaille melancarkan serangan ke tempat dimana saya menyerang bunshin Anda sebelumnya, karena tubuh saya tak dapat dilihat dan dapat diasumsikan bahwa karakter Anda sedang melancarkan serangan tepat pada tempat dimana saya menyerang bunshin Anda. Silahkan hubungi saya kalau keberatan. ^^

---

"Menghentikan tipu muslihatku? Maaf saja, tapi itu takkan mungkin terjadi—eh?" ia hanya mengerutkan alis ketika ia menebas tubuh yang kini berubah menjadi asap. "Nani sore—matte. Hum, sepertinya aku terlalu menganggap remeh bocah centil ini.." gumamnya dalam hati sebelum berlari ke arah si bocah dan mengeluarkan kunainya.

"Katakan. Apa yang kau tahu." ancamnya sebelum mulai menancapkan kunainya pada leher Rivaille, tepat di nadinya. "—atau tidak, kunai ini akan memutus urat nadi lehermu."