Combat Practice

Sang bungsu Totsuka berdiri di lapangan berlatih yang penuh dengan dummy. Dia mengambil pedang katana dengan sarung biru. Dia membuka sarung itu, kemudian menebas para dummy sehingga mereka robek. "Sedikit lagi," Pikirnya sambil loncat dan menusukkan pedang katana itu ke kepala dummy. "Dummy ini terlalu lemah. Aku butuh Sensei untuk berlatih denganku," Pikirnya sambil menghela nafas. Menancapkan katana itu ke tanah di lapangan itu.

Serangan yang mudah dihindari. Dia cukup melompat ke arah kanan, atau menangkis serangan kunai itu. Dan yang dipilihnya adalah menangkis. Trang! Dia menyingkirkan serangan kunai itu dengan pedangnya. Dan-timbul masalah lain. Ada kunai yang menyerbunya dari depan. Dia segera melompat, kemudian menusuk pemuda bersurai coklat itu. "Heheh.. Namamu, siapa?? Kalau namaku, Shindou Totsuka!"

Mendongak ke arah tembakan. Seorang pemuda bersurai coklat menembakkan peluru ke udara. Dia menarik pedangnya, kemudian mendarat. "Kau menggunakan senjata api, ya? Kurasa itu tak masalah, selama aku mempunyai kekuatan" Ucap Shindou. Dia menancapkan pedang ke tanah, kemudian melepaskannya dan dengan segera melompat, kemudian menusuk pemuda bersurai coklat itu dari atas.

Hazelnya menatap malas pemuda bersurai putih di sana. "Sebenarnya aku cuma mau ikutan main gara-gara menarik gitu," sela Akuro seraya mengikuti gerakan sang pemuda bersurai putih. "Dan aku ingin menikmati darah yang terciprat :-)" lanjutnya seraya menengadah. Pemuda bersurai putih itu mengarahkan pedang ke arahnya, dia menghindar. Namun, lengan sebelah kanan seragamnya robek, dan lengannya luka lecet. Dia menatap luka itu dengan tatapan merendahkan. "Sebuah kehormatan bagiku, bisa melihat darah setelah sekian lama," ucapnya sambil mengarahkan pistol silver itu ke pemuda bersurai putih di sana. "Dan tak lama lagi kau akan menjadi bangkai yang dimakan burung bangkai."

DOR!

Shindou berusaha untuk menghindar, tapi, gagal. Sebuah peluru baru saja 'mengambil sarang' di bahu kiri Shindou. Mungkin Shindou tak akan bisa menggerakkan bahu kirinya selama beberapa bulan, sampai peluru itu berhasil keluar =)). "Ukh.." rintihnya sambil memegang bahu kirinya yang dalam kondisi kritis. Darah mulai menempel di baju Shindou. "Hei, harga baju ini 5 ribu yen, lho" sela Shindou kecewa sambil menatap bagian bajunya yang terkena noda darah. Dia mengambil pedangnya yang tergeletak di tanah. Nafasnya sedikit tak beraturan, keringat dingin bercucuran di dahi pemuda bersurai putih ini. Sambil mengarahkan pedangnya ke dahi pemuda bersurai coklat itu. "Kalau soal pertengkaran sih, aku lemah. Tapi, kalau latihan fisik, akulah ahlinya!!" ucapnya sambil menusukkan pedang itu ke arah pemuda bersurai coklat ini.

"Egghhh..., Mau berapa kali dibilang baru paham!???. Namaku Mizuro Yotsuki..., camkan itu di otakmu..". jawab Mizuro seraya mendarat, dan mengenakan jubah kesukaannya.

Spoiler:

OOT: ane sudah izin mendaftarkan salah satu NPC khusus ane..., yaitu Seiri Yamanaka.

Spoiler:

OOT: Lanjooottt.. XD.

Setelah itu, Seiri datang dengan terburu-buru membawa kain lap, kemudian menyeka keringat mizuro untuk suatu alasan.. XD. "Mizuro, kau tak apa-apa??.". tanya seiri khawatir. "ah, aku tak apa-apa??. Maaf, sudah menganggumu.". ucap mizuro.

Mengerikan.
Sebuah pedang katana baru saja menusuk dirinya, menusuk lengan kanannya. Nah, lho, ini gara-gara pemuda bersurai putih gak jelas ini. Seraya menahan sakit, dia melempar pistol itu ke tangan kirinya. Dalam kondisi kritis, saat ini lengan Akuro tak bisa digerakkan. Akuro mengarahkan pistol itu ke arah perut pemuda bersurai putih itu. "Hosh.. Aku akan membunuhmu, serangga!!" Teriaknya sambil menekan pelatuk pistol. Dengan segera, sebuah peluru menghujam.

Poni pirang milik Oswald menghalangi matanya, karena angin berhembus. Entah kenapa, tapi Oswald bisa merasakan adanya sesuatu yang buruk terjadi, nanti. Mungkin saja itu cuma gara-gara kekuatan telepati miliknya yang cukup menghambat kehidupan sehari-hari. Oke, kembali ke plot cerita.

"Tap."

Ketika dia memijakkan kaki di lapangan itu, entah apa yang dirasakannya. Dia bisa melihat darah berceceran di lantai, dan adegan gore nyata yang mengerikan. Nyata loh, nyata. Emerald miliknya sedikit terhias dengan warna darah, akibat keadaan sekarang, yang terpantul di emerald mengkilap miliknya. Dengan reflek dia berlari menuju orang yang menembak di sana. "Hentikan!" teriaknya. Bukan suruhan, hanya reflek. Ingat, reflek loh. Dia mengenggam pergelangan tangan pemuda bersurai coklat itu, dan meninju pistol silver itu hingga terjatuh. "Cukup. Kita ini di Midnight Academy, loh, Midnight Academy. Apa yang kaufikirkan!? Hah!? Aku benci melihat yang seram-seram seperti itu, berulang, berulang, berulang, berulang, dan berulang!" bentak Oswald sambil mengambil pistol silver yang terjatuh tadi, kemudian melemparkannya ke dahi sang pemuda bersurai coklat. "Apa-apaan, melawan orang yang tak berdosa! Sungguh tidak manusiawi!"

Ucapan spontan yang dikeluarkannya ketika pemuda asing itu salah paham. "Ini bukan pertengkaran, ini cuma latihan. Toh aku bisa menyembuhkan diri di gedung serbaguna kok, tenang saja." jelas Akuro sambil menatap katana yang tertancap di lengan kanannya. Akuro tiba-tiba berubah pikiran terhadap pemuda itu ketika pemuda itu melemparkan pistol ke dahinya. Akuro mengambil pistol yang terjatuh tadi. "Hei.." geram Akuro pelan. "Berani kau ya, main lempar! Mau kutembak?! Hah!?" gertak Akuro sambil menembakkan peluru ke lengan pemuda bersurai pirang itu.