New song; new soul.

Huft... Tinggal di sekolah ini bukanlah paksaan baginya.

Karena dia ke sini menurut siasatnya sendiri, bukan disuruh orang lain. Tapi.. Pekerjaannya sebagai artis juga menghambat dirinya. Apalagi detektif. Harus mengurus kasus. Tak ada yang mustahil di dunia ini. Itu kutipan dari buku yang pernah gadis tunggal Itsuka ini baca. Tapi; kutipan itu tak benar. Lihat saja Ume. Dia mau mengarang lagu sambil mengurus kasus, dan itu tak terjadi. Repot banget sih. Inilah bukti bahwa kutipan itu tak benar. Jangan percaya pada kutipan.

Mengeluarkan pensil dan kertas HVS berisi beberapa lirik dari lagunya. Kali ini dia merasa bahwa lagu itu adalah jiwa baginya. Lagu baru; jiwa baru. Jika ia berhenti menulis lagu, jiwanya akan terhenti. Tak akan ada nikmat yang mendatang. Menghela nafas. Menyimpan kertas HVS itu dan pensil tersebut di saku celananya, kemudian berjalan keluar kelas 0. Dia berjalan menuju perpustakaan; tempat gudang referensi lagu baginya. Berjalan ke rak musik. Dan benar saja-dia menemukan berbagai macam buku referensi. Ada buku lagu klasik; dan yang lainnya. Dia mengambil buku 'Kumpulan lagu Klasik', kemudian menaruhnya di meja baca. Menaruh pensil dan kertas HVS miliknya di meja itu, dan membuka-buka halaman. Ketemu. 'Fur Elise'. Merogoh HP di sakunya, kemudian mengambil earphone. Mencoloknya ke HP miliknya, kemudian mendengarkan lagu 'Fur Elise' yang dimainkan dengan biola.

Suara sapaan itu membuatnya terdiam sejenak, melepaskan earphone dari telinganya, mem-pause rekaman Fur Elise yang dimainkan oleh biola itu, dan menengadah. Apa yang terjadi; dia melihat seorang pemuda berambut coklat dengan poni ombak. Irisnya berwarna sama dengan rambutnya. Memasukkan rambutnya yang berantakan ke sela-sela telinganya, kemudian tersenyum kecil. "Iya, namaku Ume Itsuka, salam kenal." Balas Ume sambil menyeret kursi di sampingnya mendekat ke kursinya. Menunjuk kursi itu, dan merobek sekitar 5cm kertas HVS miliknya. Menulis tanda tangannya dengan pensil; kemudian memberikannya kepada pemuda itu. "Mau dengar lagu bersamaku?" Tawar Ume.

Sedikit terperanjat. Atas alasan apa sang idol menawarkan mendengar lagu bersamanya; dia yang belum dikenal oleh idol ini sekalipun? "Ya, dengan senang hati." Akuro menerima tawaran mencurigakan dari sang idol. Dia mengambil earphone sebelah kanan yang dicolokkan ke HP Ume, kemudian me-resume lagu yang sedang dimainkan tadi. "Eh, Fur Elise? Tak kusangka kau menyukai Fur Elise juga." Ucap Akuro.

Dirinya tersenyum pelan. Mengambil earphone, kemudian mendengarkan lagu Fur Elise yang sedang dilantunkan di HP-nya. "Erm, tak kusangka kau menyukai Fur Elise juga. Mau bergabung di band-ku? Kebetulan lagi kurang anggota. Oh iya, bisakah kau membantuku mencari kumpulan lagu soft rock? Sekarang aku mengerjakan lagu itu, mungkin kau mau menjadi gitaris atau bassist." Jelas Ume panjang lebar sambil membuka-buka buku kumpulan lagu klasik itu.

Hazelnya bergulir ke arah gadis itu, menatap gadis itu dengan berbinar. "Kalau aku, boleh, aku bisa jadi gitaris, tapi aku lebih ahli bekerja dengan piano." jelas Akuro. Akuro mendengarkan permintaan sang gadis, kemudian mengangguk pelan dan berjalan menuju rak kumpulan buku musik. Mencari di deretan 'S', kemudian menemukannya. "Soft Rock - Panduan untuk menjadi musisi dengan genre 'Soft Rock'. (BONUS! Beberapa kumpulan lagu 'Soft Rock' di dalamnya)" Akuro segera mengambilnya, kemudian berjalan kembali ke meja baca. Dia duduk di bangkunya duduk tadi, kemudian menyodorkan buku tebal bersampul merah darah itu ke sang idol. "Ini," ucapnya. "Kalau kau ada perlu, yah, call me maybe?"