Midnight Academy
Selamat Datang Di MA Dimana Kamu Main RPG Berbasis Battle, School, etc, games, dan lain-lain Segera Lah Register Kalau Guest Dan patuhi aturan, jangan sungkan ikutan Gabung

Administrator Team
Midnight Academy
Selamat Datang Di MA Dimana Kamu Main RPG Berbasis Battle, School, etc, games, dan lain-lain Segera Lah Register Kalau Guest Dan patuhi aturan, jangan sungkan ikutan Gabung

Administrator Team
Midnight Academy
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


Welcome to Midnight Academy
 
HomeNewsGalleryLatest imagesSearchRegisterLog in
Midnight Academy
Forum AgoessNaruto ● Forum Diskusi Naruto
Tempat untuk para maniak Naruto
Paradox academy.
Mirai Academy
Public School, Official RPF
Animanga Indonesia Fan
Control Panel

Guest profile

Information

Preference

Signature

Avatar

Social

Friends and Foes

Memberlist

Groups

Private messages

Inbox

PM sent

Other

Topic is being watched

Switch account:



 

 Spring Sakura Clover

Go down 
AuthorMessage
Tsu
Special Admin
Special Admin
Tsu


Member Title : Kurutte hey kids!
Jumlah posting : 401
Join date : 2013-11-08
Age : 29

Spring Sakura Clover Empty
PostSubject: Spring Sakura Clover   Spring Sakura Clover Icon_minitimeThu Aug 27, 2015 12:05 pm

Semester baru telah dimulai. Dan liburan panjang telah berlalu. SMA Yamamoto tampak ramai dengan para siswa yang perlahan namun pasti berdatangan menuju gedung sekolah, gelak tawa tampak menghiasi sekolah itu. Termasuk seorang siswa laki-laki, Fukube Satoshi namanya. Bedanya, ia tidak tertawa bersama teman-temannya. Sejak tadi reaksinya hanya datar saja. Bahkan sampai ketika ia sampai di ruang kelas barunya, XII-B. Ia memang tidak menonjol di antara seluruh siswa laki-laki. Wajahnya biasa-biasa saja, rambutnya juga biasa-biasa saja. Ia tidak begitu suka melakukan kenakalan seperti siswa lainnya, akan tetapi nilainya juga tidak begitu bagus. Biasa-biasa saja. Mengikuti klub yang paling biasa dalam semua klub--klub sains yang anggotanya hanya sedikit.

Tempat duduk sudah ditentukan, kali ini ia duduk di samping salah satu gadis yang mengikuti grup fashion show. Gadis itu bernama Shokogawa Eri, dan sangat populer di kalangan siswa laki-laki. Seorang primadona yang trendi--rambut abu-abunya hasil semiran, sangat suka bergaul dengan para siswi-siswi yang hobi dandan, pesolek yang sangat gemar memakai parfum-parfum mahal, baju mahal, dan peralatan kosmetik yang bisa dibilang harganya selangit. Tentu saja, ia menjadi orang yang tidak begitu disenangi orang semacam Satoshi. Satoshi tidak begitu menyukai wanita yang suka berdandan, terutama ia tidak tahan dengan bau parfum yang menyengat.

"Eee, Satoshi-kun?" ucap Eri sambil menyodorkan tangannya, mengajak bersalaman. "Salam kenal~" dengan nada yang dibuat sok imut. Satoshi hanya mengangguk sebelum menyambut salamnya. Ia tidak begitu suka dengannya, tetap saja. Siapa juga yang menyukai gadis yang neko-neko. Mungkin juga cowok tidak waras.

Krieet. Pintu kelas dibuka. Menampakkan sesosok pria yang mengenai kacamata, tampak masuk ke dalam kelas tersebut. "Anak-anak, salam kenal. Kalian pasti belum pernah melihat sensei. Aiko-sensei yang sebelumnya menjadi wali kelas kalian sedang cuti melahirkan. Sementara itu, bapak akan menggantikan Aiko-sensei dalam menjadi wali kelas kalian," sebuah kapur diambil dan sebuah nama ditulis di papan tulis hitam.

"Seperti yang kalian lihat di papan tulis. Nama sensei Shoutarou Hibiki. Kalian bisa memanggil sensei Hibiki-sensei. Salam kenal semuanya."

.
.
.
.

Ting, tong, ting, tong. Bel istirahat berbunyi. Dan bisa dipastikan dengan segera para murid berhamburan keluar kelas. Berbeda dengan Satoshi. Tepat setelah seluruh murid keluar kelas, ia hanya berjalan normal sembari membawa kotak bekal yang diselubungi serbet. Ia berniat untuk makan di atap, sekalian menikmati pemandangan juga angin. Daripada di kantin, biasanya cuma berdesak-desak saja disana. Tidak ada yang spesial dari makan di kantin.

Ketika ia membuka pintu menuju atap, tampak Eri sedang memandang ke luar pagar pembatas, dengan tangan yang diletakkan di atas pagar. Satoshi bisa mendengar ia sedang menyenandungkan suatu nada, nada yang sangat indah. Walaupun ia tidak tahu Eri sedang menyenandungkan lagu apa. Satoshi kemudian menutup pintu, dan duduk di samping Eri. Dan langsung membuka kotak bekalnya tanpa mengatakan apa-apa. Sementara Eri, ia hanya memandang Satoshi sembari terpaku.

"Etto, Satoshi-kun," Eri tampak mendekat ke arah Satoshi. Ia bahkan duduk di samping Satoshi. Satoshi menjawab dengan menoleh ke arahnya. Walaupun dengan tatapan datar. Eri hanya memandangnya sebentar sebelum kembali menatap ke arah depan dan menghela napas. "Sebenarnya, aku sudah lama memerhatikan Satoshi-kun. Kupikir, Satoshi-kun menyukai gadis yang berparas cantik. Makanya, dulu aku yang kutu buku bahkan sampai rela mengubah diriku menjadi seperti ini," tersenyum kecut sebelum tertawa renyah. Satoshi berhenti mengunyah makanannya. Sebelum ditolehkannya kepalanya ke arah Eri.

"Itu maksudnya apa?"

"Eh--"

Satoshi menatapnya dengan tatapan serius. Tidak lagi datar. Eri menengok ke arah Satoshi, sebelum wajahnya memerah. Ia menunduk. Wajahnya ditutupi oleh lututnya. Malu. Ia selalu menginginkan Satoshi setiap harinya. Karena itu, ia senang begitu mengetahui kalau akhirnya ia bisa berbicara dengan orang yang ia sukai.

"A-aku ingin berpacaran denganmu.."

Satoshi berhenti mengunyah makanannya. Tepat setelah Eri mengatakan hal itu, Satoshi dengan cepat menutup kotak bekalnya dan mengemasnya kembali. Lalu bangkit dari duduknya, sebelum berjalan menjauh dari Eri. "Aku memutuskan untuk makan di kantin." ucapnya sembari membuka pintu menuju atap dan langsung menghilang dari pandangan. Meninggalkan Eri yang kemudian menyandarkan tubuhnya ke pagar pembatas.




Sesampainya di kantin, Satoshi mendudukkan diri di samping pemuda yang tengah bercengkrama dengan banyak orang. Pemuda itu menoleh ke arah Satoshi sambil tersenyum, lalu kemudian menepuk-nepuk pundak Satoshi. "Yoo, Satoshi! Bagaimana? Kau mau tidak masuk OSIS?" tanya pemuda itu. Satoshi berpikir sebentar lalu menggeleng. "Bisa beri aku waktu lebih banyak? Februari. Februari awal aku akan memutuskan," balas Satoshi datar sebelum memakan bekal miliknya.


Pemuda itu terdiam. "Apa kau tak pernah merasa kesepian, selalu menyendiri seperti itu? Sesekali carilah kawan. Kita sebagai manusia adalah makhluk sosial, sobat. Kau takkan bisa hidup menyendiri seperti itu," pemuda itu menasihati Satoshi. Satoshi menghela nafas berat sebelum menghentakkan sumpitnya ke atas kotak bekalnya. "Sudah kubilang berkali-kali, Kei. Aku tak perlu teman, dan kau tak berhak menasihatiku seperti itu. Aku sudah cukup puas dan sudah cukup bahagia dengan hidup seperti ini!" tukas Satoshi dengan nada marah.


Kei memukulkan telapak tangannya di meja. "Aku hanya ingin menasihatimu. Ini juga demi hidupmu. Hilangkan traumamu Satoshi, hilangkan trauma konyol itu. Hidupilah kehidupanmu dengan penuh emosi. Kau takkan betah berada di dunia ini jika terus hidup di balik warna abu-abu!" mendengar balasan dari Kei membuat Satoshi melempar kotak bekalnya ke arah lantai. Beruntung, bekal yang ia makan sudah habis.


"Berhenti membicarakan traumaku!" hardik Satoshi. "Memang kau tahu apa tentangku? TAHU APA!? Kalau kau benar-benar adalah sobatku, Kei, mungkin kau takkan pernah menasihatiku dengan nasihat membosankan dan konyol selama berulang kali! Aku bosan mendengarmu menasihatiku, Kei! Terserah padaku aku ingin menjalankan hidupku seperti apa!" Satoshi segera bangkit, mengambil kotak bekalnya dan sumpitnya yang tercecer, lalu berjalan pergi dari kantin dengan cepat. Setelah Satoshi keluar dari kantin, Kei menghela nafas berat.


"Ada apa dengan orang itu? Menyebalkan." ketus salah satu anggota OSIS yang semeja makan dengan Kei. Kei tersenyum simpul ke arahnya. "Jangan dikhawatirkan. Ia jadi begitu juga karena suatu kejadian... kejadian yang bahkan mampu membuat tiap orang bunuh diri karenanya. Tapi, karena ia kuat, ia mampu bertahan," Kei memandang sosok Satoshi yang tengah berlari cepat menuju kelasnya. Masing-masing anggota OSIS yang duduk bersama Kei menatap satu sama lain dengan kebingungan. 


"Akh--hh..."


Satoshi tampak menepi ke bagian kiri koridor sebelum mencengkram erat paru-parunya. Asmanya kambuh lagi, karena ia terlalu memaksakan diri untuk berlari secepat mungkin. Padahal baru beberapa minggu yang lalu ia check-up ke dokter. Sang dokter mengatakan bahwa ia tak boleh mengikuti pelajaran olahraga dulu untuk sementara, dan melakukan kegiatan yang berat-berat. Satoshi menghela nafas. Untunglah, asmanya tidak begitu parah--beberapa saat kemudian pernafasannya kembali normal. Ia kembali berjalan ke arah kelasnya dengan nafas yang masih sedikit memburu.


"Ya ampun, Fukube!"


Pekikan itu membuat Satoshi menoleh ke sumber suara. Pengurus kelasnya--bukan, seksi kesehatan kelasnya, tampak menghampirinya sambil tergopoh-gopoh. "Jangan lari-lari seperti tadi. Akan membuat asmamu kembali kambuh. Ya, sebenarnya aku melihatmu menepi di koridor, tapi aku bingung kau kenapa. Aku baru sadar kalau asmamu kambuh--mau ke ruang kesehatan?" tanya seksi kesehatan kelasnya dengan nada khawatir. Satoshi menggeleng, "sama sekali tidak. Daripada itu, lebih baik kau ke kelas--kalau-kalau ada yang tersedak atau apalah."


"Kalau aku tidak salah tangkap, kau juga akan ke kelas? Aku akan pergi bersamamu."

Satoshi menghela nafas. Merepotkan, pikirnya. Akan tetapi, setelah terdiam sebentar, ia akhirnya mengangguk. "Baiklah." jawab Satoshi, yang membuat air muka sang seksi kesehatan kelasnya sedikit lebih cerah. Merekapun berjalan berdua.


Selama perjalanan, Satoshi diam-diam melirik teman sekelasnya ini. Seorang gadis dengan rambut bob sebahu warna coklat, hidung mancung dan mata lembut--tak heran mengapa gadis bernama Ogawa Eri ini disukai banyak laki-laki di kelasnya. Seorang gadis yang begitu lembut--begitu perhatian, dan begitu manis.


Sama sekali berbeda dengan Shokogawa Eri--oh, nama kecilnya juga Eri--yang begitu liar, yang begitu agresif.


Secara tiba-tiba Ogawa menatapnya, membuatnya mengalihkan pandangan dengan cepat. Ogawa segera berujar, "etto. Fukube-san--apa benar Eri menyatakan perasaannya padamu, di atap sekolah? Soalnya, tadi aku makan di atap dan aku melihat Eri yang tengah menyandarkan dirinya di pagar kawat. Kutanya ada apa, jawabnya ia ditolak olehmu." perkataan yang paling menohok bagi Satoshi. Satoshi mendehem sejenak, "yah, kupikir itu sama sekali bukan urusanmu. Dan aku tak suka apabila ada orang yang mencampuri urusanku. Dan lagi,"
Back to top Go down
 
Spring Sakura Clover
Back to top 
Page 1 of 1

Permissions in this forum:You cannot reply to topics in this forum
Midnight Academy :: Member Creativity :: Karangan Cerita-
Jump to: