Hng, overall lumayan sih. Cuma ada satu hal yang mungkin bisa diperhatikan untuk ke depannya, semacam saran pribadi begitulah, bahwa dalam menulis cerita yang apik sebaiknya jangan menggunakan emoticon. Why? Simpel saja, bahkan dalam cerpen sekalipun para penulis menggunakan kata-kata untuk menggambarkan ekspresi. Saya memang bukan penulis, tapi ketika membaca sebuah karangan dan tiba-tiba menemukan emoticon di sana (selain kutipan pembicaraan via HP, tentunya, itupun berupa emot macam ini >> (´・ω・`) ) rasanya kok... agak janggal.
Well, itu aja sih, maaf kalau ada kata-kata yang menyinggung.